ANALISIS PUISI DIBAWA GELOMBANG
DIBAWA GELOMBANG
Karya: Sanusi Pane
Alun membawa bidukku
perlahan,
Dalam kesunyian malam
waktu,
Tidak berpawang, tidak
berkawan,
Entah kemana aku tak
tahu.
Jatuh di atas bintang
kemilau,
Seperti sudah
berabad-abad,
Dengan damai mereka
meninjau,
Kehidupan bumi, yang
kecil amat.
Aku bernyanyi dengan
suara,
Seperti bisikan angin di
daun;
Suaraku hilang dalam
udara,
Dalam laut yang
beralun-alun.
Alun membawa hidupku
perlahan,
Dalam kesunyian malam
waktu,
Tidak berpawang, tidak
berkawan,
Entah kemana aku tak
tahu.
ANALISIS PUISI
A.
Struktur Fisik
1) Tipografi
Tipografi adalah bentuk atau perwajahan puisi.
DIBAWA
GELOMBANG
Karya :
Sanusi Pane
Alun membawa bidukku perlahan,
Dalam kesunyian malam
waktu,
Tidak berpawang, tidak
berkawan,
Entah kemana aku tak
tahu.
Jatuh di atas bintang
kemilau,
Seperti sudah berabad-abad,
Dengan damai mereka
meninjau,
Kehidupan bumi, yang
kecil amat.
Aku bernyanyi dengan
suara,
Seperti bisikan angin di
daun;
Suaraku hilang dalam
udara,
Dalam laut yang
beralun-alun.
Alun membawa hidupku
perlahan,
Dalam kesunyian malam
waktu,
Tidak berpawang, tidak
berkawan,
Entah kemana aku tak
tahu.
Tipografi dari puisi di atas adalah rata kiri dan teratur. Pada puisi Dibawa Gelombang terdiri dari empat bait, dan dari setiap bait terdiri dari empat baris. Jumlah kata dalam satu baris antara empat sampai lima kata, sedangkan jumlah suku kata dalam satu baris antara sepuluh sampai sebelas suku kata.
2)
Rima dan Irama
Rima adalah pengulan bunyi diakhir baris. Pada semua bait yaitu dari bait pertama sampai bait ke empat rima yang digunakan adalah rima ab-ab. Pemakaian kata yang digunakan dalam puisi untuk mendapatkan pola bunyi yang indah. Pola bunyi dapat terjadi karena adanya asonansi dan aliterasi.
Asonansi yang muncul dalam puisi Dibawa Gelombang adalah :
1. Pengulangan fonem /a/
Contoh : Dalam kesunyian malam waktu
2. Pengulangan fonem /e/
Contoh : Seperti sudah berabad-abad
3. Pengulangan fonem /u/
Contoh : Suaraku hilang dalam udara
4. Pengulangan fonem /i/
Contoh : Seperti bisikan angin di daun
Aliterasi yang muncul dalm puisi Dibawa Gelombang adalah :
1. Pengulangan fonem /w/
Contoh : Tidak berpawang, tidak berkawan.
2. Pengulangn fonem /t/
Contoh : Entah kemana aku tak tahu
3. Pengulangan fonem /n/
Contoh :
Dengan damai mereka meninjau
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras
lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua:
a. Metrum,
yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
b. Ritme, yaitu irama yang disebabkan pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
Irama puisi Dibawa Gelombang termasuk irama metrum, karena iramanya tetap (tidak mengalami pergantian bunyi tinggi rendah), menurut pola tertentu. Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Dinamik,
yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
b. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
c. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
Tekanan puisi Dibawa Gelombang adalah dinamik lembut,
nada rendah, dan dengan tempo lambat.
3) Pencitraan
Pencitraan adalah gambaran-gambaran angan (pikiran) untuk menimbulkan suasana khusus, membuat puisi lebih hidup, dan lebih menarik perhatian. Pencitraan yang digunakan pada puisi tersebut adalah :
a)
Citraan pendengaran
Bukti:
Bait ke-3
Aku bernyanyi dengan
suara,
Seperti bisikan angin di
daun;
Suaraku hilang dalam
udara,
b) Citraan perasaan
Bukti:
Bait ke-1
Dalam kesunyian malam
waktu,
Bait ke-2
Dengan damai mereka
meninjau,
4)
Majas
Majas-majas dalam puisi
Dibawa Gelombang:
1. Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda -benda mati atau barang –barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Pada contoh
Alun membawa bidukku perlahan
2. Persamaan /Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu menyatakan sesuatu dengan hal lain. Pada contoh:
Seperti
sudah beradab-adab
Seperti
bisikan anging di daun
3. Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Pada contoh :
Kehidupan bumi, yang kecil amat.
5)
Diksi
Diksi adalah pemilihan kata pada puisi. Pemilihan kata terdapat dalam puisi Dibawa Gelombang yaitu pada kata alun yang artinya gelombang yang memanjang dan bergulung-gulung, yang biasanya lebih kecil daripada ombak, tetapi lebih besar daripada riak. Pada masa sekarang kata alun jarang digunakan lagi dalam bahasa percakapan sehari-hari. Selain alun juga ada kata biduk yang artinya perahu kecil yang dipakai untuk menangkap ikan atau menangkap barang-barang di sungai.
Pada puisi Dibawa Gelombang, juga disusun oleh kata dasar dan kata berimbuhan. Contoh kata dasar: alun, malam, waktu, aku, entah, jatuh, angin, udara, dan lain-lain.
Contoh kata dasar berimbuhan : membawa, perlahan, kesunyian, berkawan, berkawang, berkawan, meninjau, kehidupan, dan lain-lain.
B. Struktur
Batin
1) Tema
Tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
Tema puisi Dibawah Gelombang di atas dikemukakan oleh pengarang secara tidak langsung. Temanya adalah kepasrahan seseorang dalam hidupnya. Hidup itu bagai biduk yang ada di lautan. Biduk diibaratkan seperti manusia, sedangkan lautan bagai kehidupan dunia. Serta arus laut merupakan gambaran arah tujuan hidup. Penyair tidak punya tujuan dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Ia hanya pasrah terhadap nasib, bagai biduk yang terbawa arus yang tak tentu arahnya. Hal tersebut seperti pada syair :
Alun membawa bidukku
perlahan,
Entah kemana aku tak
tahu.
2) Suasana
Suasana adalah perasaan penyair ketika penyair membuat puisi tersebut. Suasana puisi Dibawa Gelombang adalah sunyi dan tenang. Hal itu terbukti pada syair puisi tersebut, di antaranya pada syair:
Dalam kesunyian malam
waktu,
Seperti bisikan angin di
daun;
3) Nada
Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif. Nada yang digunakan pada puisi diatas adalah penyair bersikap pasrah, karena isi dari puisi tersebut adalah sikap pasrah penyair terhadap permasalahan yang ia alami.
4) Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penyair terhadap pembaca melalui karyanya.
Amanat puisi di atas, di antaranya adalah :
Hidup itu harus punya tujuan. Tergambar pada syair :
Entah kemana aku tak
tahu.
Syair tersebut menunjukan bahwa penyair tidak tahu tujuan hidupnya. Jangan merasa rendah diri dan pesimis, seperti yang tergambarkan dalam syair :
Suaraku hilang dalam
udara,
Dalam laut yang
beralun-alun.
Dalam kehidupan yang
luas ini penyair merasa dirinya kecil dan tak bisa apa-apa.
Dalam mengahapi masalah kita tidak boleh berputus asa dan harus selalu ingat kepada Tuhan. Tergambar pada syair :
Tidak berpawang, tidak
berkawan,
Pawang di sini dapat
diibaratkan Tuhan.
0 Komentar